Rock climbing merupakan suatu bagian dari kegiatan mountaineering, selain dari hiking dan ice climbing. Olah raga yang penuh tantangan ini harus dilakukan dengan keberanian dan keterampilan, oleh kebanyakan pemanjat olah raga ini ada semboyannya yaitu “Otak, Otot dan Keyakinan” (gak cuman modal nekat doank!+alat yang memadai buat safety).
Olah raga extreme ini memiliki nilai positif untuk pembinaan kepribadian, antara lain:
* Sebagai arena penumbuhan dan pembinaan disiplin
* Dapat memupuk semangat dan jiwa kompetisi yang sehat
* Mendidik pribadi yang kuat, ulet, dan jiwa tidak kenal menyerah
* Membina kemampuan fisik yang prima
* Membina persatuan dan kesatuan
* Membangkitkan rasa cinta tanah air
* Menuntut kemampuan teknis khusus, sehingga harus mengikuti perkembangan teknologi
* Meningkatkan sumber daya manusia
(FPTI-Federasi Panjat Tebing Indonesia)(Read more...)
Selain itu, bisa juga mengembangkan jiwa kepemimpinan kalau pemanjatan dilakukan secara berkelompok dan itu menuntut ilmu yang lebih dari rekan yang lain, dan masih banyak manfaat lain yang tersirat yang hanya bisa dirasakan oleh diri pribadi.
Tahun 1976 Harry Suliztiarto mulai latihan memanjat dicitatah dan ini merupakan patok pertama panjat tebing modern di Indonesia (FPTI). Dan terus berkembang sampai sekarang, baik yang dilakukan oleh pemanjat dari kelompok pecinta alam, pemanjat solo maupun dari sekolah khusus pemanjat (skygers.red).
14 Juni 2008, Citatah tebing 125. merupakan saksi dan pengalaman pertama anggota muda Biocita dalam menerima ilmu tentang panjat tebing yang dibimgbing langsung oleh Ketua Adatnya. Disini mereka diperkenalkan tentang dasar-dasar pemanjatan, baik itu dari segi peralatan, teknik, dan istilah-istilah pemanjatan.
Sebelum ke Citatah (8 Juni 2008) kita melakukan buildering dan bouldering di sekitar perumahan kadat yang cocok untuk melakukan hal itu. Selain untuk mengembangkan sisi positif dari olah raga ini, juga untuk mengembangkan minat dan bakat dari anggota muda yang suatu saat ingin menjadi atlet panjat dan untuk penunjang penelitian yang membutuhkan suatu pemanjatan.
Bouldering: yaitu memanjat problem/ rute pendek yang kebanyakan enggak terlalu tinggi (sekitar 3m) tanpa tali pengaman. Biasanya rutenya horisontal/ menyamping. Pengaman yang digunakan biasanya crash pad atau matras empuk supaya pada saat jatuh atau kaki medarat tidak sakit/ terluka.
Buildering: Hampir sama dengan bouldering hanya saja arena pemanjatan bukannya tebing alam melainkan konstruksi buatan manuasia yang dibangun bukan untuk tujuan olah raga panjat tebing seperti gedung bertingkat, jembatan, tower, tiang dll.
Toproping:Pemanjatan dengan tali pengaman yang bisa diibaratkan dengan tali timba disumur. Ember dianggap sebagai pemanjat, penimba dianggap sebagai pembelay sedangkan katrol dianggap sebagai jangkar pengaman (anchor) yang berada di puncak tebing. Pada saat pemanjat mulai memanjat tali yang mengambang/terulur (slack) ditarik oleh pembelay sehingga jika pemanjat jatuh dia enggak akan jatuh ketanah melainkan menggantung seperti ember timba yang menggantung ditengah sumur. Setelah pemanjat sampai dipuncak, pembelay mengulurkan tali untuk menurunkan si pemanjat ke tanah.
Sport climbing, rute yang dipanjat umumya di bolted artinya pada interval ketinggian tertentu ada besi berlubang (hanger) yang dipasang/ditempel (menggunakan mur dan juga kadang lem) pada dinding tebing. Pemanjat harus membawa beberapa quickdraws (sepasang karabiner yang diikat oleh sling/tali nylon kuat).Si pemanjat mengklip satu karabiner di quickdraw tsb pada bolt yang ada didinding tebing dan kemudian mengklip tali pengaman pada karabiner yang lain.
Traditional (Trad) Climbing, dinding tebing benar2 bersih dari bolts dan hangers, enggak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. Si pemanjat harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis pemanjat pertama membuat stasiun belay untuk membelay pemanjat kedua. Pemanjat kedua yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama. Alat pengaman yang digunakan pada Trad Climbing ini bisa berupa friends/ cams, nuts, tricams, hexagon, bigbro dll. Peralatan ini mahal dan enggak bisa sedikit, kamu harus memiliki beberapa set yang terdiri dari berbagai ukuran untuk bisa memanjat rute dengan aman dan baik. Beberapa set ini kemudian biasa disebut RACK (baca: rak).
Free Solo: yaitu kategori panjat tebing yang dilakukan sendirian (tanpa partner) pada tebing tinggi tanpa tali pengaman. Alat yang dipakai hanya sepasang sepatu panjat tebing dengan kantong berisi kapur. Jenis pemanjatan ini hanya dilakukan oleh profesional yang sudah bergelut lama dengan tebing. Pemanjat free solo yang bijak biasanya hanya memanjat rute yang sudah ia kenal dengan baik dan ia panjat berkali2 dengan pengaman. Dua free soloer yang sangat terkenal yaitu John Bachar (USA) dan Peter Croft (Canada).
(See pdf file with images here)
Olah raga extreme ini memiliki nilai positif untuk pembinaan kepribadian, antara lain:
* Sebagai arena penumbuhan dan pembinaan disiplin
* Dapat memupuk semangat dan jiwa kompetisi yang sehat
* Mendidik pribadi yang kuat, ulet, dan jiwa tidak kenal menyerah
* Membina kemampuan fisik yang prima
* Membina persatuan dan kesatuan
* Membangkitkan rasa cinta tanah air
* Menuntut kemampuan teknis khusus, sehingga harus mengikuti perkembangan teknologi
* Meningkatkan sumber daya manusia
(FPTI-Federasi Panjat Tebing Indonesia)(Read more...)
Selain itu, bisa juga mengembangkan jiwa kepemimpinan kalau pemanjatan dilakukan secara berkelompok dan itu menuntut ilmu yang lebih dari rekan yang lain, dan masih banyak manfaat lain yang tersirat yang hanya bisa dirasakan oleh diri pribadi.
Tahun 1976 Harry Suliztiarto mulai latihan memanjat dicitatah dan ini merupakan patok pertama panjat tebing modern di Indonesia (FPTI). Dan terus berkembang sampai sekarang, baik yang dilakukan oleh pemanjat dari kelompok pecinta alam, pemanjat solo maupun dari sekolah khusus pemanjat (skygers.red).
14 Juni 2008, Citatah tebing 125. merupakan saksi dan pengalaman pertama anggota muda Biocita dalam menerima ilmu tentang panjat tebing yang dibimgbing langsung oleh Ketua Adatnya. Disini mereka diperkenalkan tentang dasar-dasar pemanjatan, baik itu dari segi peralatan, teknik, dan istilah-istilah pemanjatan.
Sebelum ke Citatah (8 Juni 2008) kita melakukan buildering dan bouldering di sekitar perumahan kadat yang cocok untuk melakukan hal itu. Selain untuk mengembangkan sisi positif dari olah raga ini, juga untuk mengembangkan minat dan bakat dari anggota muda yang suatu saat ingin menjadi atlet panjat dan untuk penunjang penelitian yang membutuhkan suatu pemanjatan.
Bouldering: yaitu memanjat problem/ rute pendek yang kebanyakan enggak terlalu tinggi (sekitar 3m) tanpa tali pengaman. Biasanya rutenya horisontal/ menyamping. Pengaman yang digunakan biasanya crash pad atau matras empuk supaya pada saat jatuh atau kaki medarat tidak sakit/ terluka.
Buildering: Hampir sama dengan bouldering hanya saja arena pemanjatan bukannya tebing alam melainkan konstruksi buatan manuasia yang dibangun bukan untuk tujuan olah raga panjat tebing seperti gedung bertingkat, jembatan, tower, tiang dll.
Toproping:Pemanjatan dengan tali pengaman yang bisa diibaratkan dengan tali timba disumur. Ember dianggap sebagai pemanjat, penimba dianggap sebagai pembelay sedangkan katrol dianggap sebagai jangkar pengaman (anchor) yang berada di puncak tebing. Pada saat pemanjat mulai memanjat tali yang mengambang/terulur (slack) ditarik oleh pembelay sehingga jika pemanjat jatuh dia enggak akan jatuh ketanah melainkan menggantung seperti ember timba yang menggantung ditengah sumur. Setelah pemanjat sampai dipuncak, pembelay mengulurkan tali untuk menurunkan si pemanjat ke tanah.
Sport climbing, rute yang dipanjat umumya di bolted artinya pada interval ketinggian tertentu ada besi berlubang (hanger) yang dipasang/ditempel (menggunakan mur dan juga kadang lem) pada dinding tebing. Pemanjat harus membawa beberapa quickdraws (sepasang karabiner yang diikat oleh sling/tali nylon kuat).Si pemanjat mengklip satu karabiner di quickdraw tsb pada bolt yang ada didinding tebing dan kemudian mengklip tali pengaman pada karabiner yang lain.
Traditional (Trad) Climbing, dinding tebing benar2 bersih dari bolts dan hangers, enggak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. Si pemanjat harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis pemanjat pertama membuat stasiun belay untuk membelay pemanjat kedua. Pemanjat kedua yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama. Alat pengaman yang digunakan pada Trad Climbing ini bisa berupa friends/ cams, nuts, tricams, hexagon, bigbro dll. Peralatan ini mahal dan enggak bisa sedikit, kamu harus memiliki beberapa set yang terdiri dari berbagai ukuran untuk bisa memanjat rute dengan aman dan baik. Beberapa set ini kemudian biasa disebut RACK (baca: rak).
Free Solo: yaitu kategori panjat tebing yang dilakukan sendirian (tanpa partner) pada tebing tinggi tanpa tali pengaman. Alat yang dipakai hanya sepasang sepatu panjat tebing dengan kantong berisi kapur. Jenis pemanjatan ini hanya dilakukan oleh profesional yang sudah bergelut lama dengan tebing. Pemanjat free solo yang bijak biasanya hanya memanjat rute yang sudah ia kenal dengan baik dan ia panjat berkali2 dengan pengaman. Dua free soloer yang sangat terkenal yaitu John Bachar (USA) dan Peter Croft (Canada).
(Dari berbagai sumber dan pengalaman)
(See pdf file with images here)
2 comments:
pdf nya gak bisa dibuka, zre.
ini artikel yang informatif.
coba atuh tulis tebing mana aja yg pernah kamu panjatin, sama cerita pas manjatnya kayak gimana. lebih seru tuh.
This article is good..maybe need a picture or facts..just plus a how to climb, how to prepare, where's the rock climb, except Citatah ok...but this is good...^_^
Post a Comment